Petani dan Politik

Medan, 10 November 2022 Yayasan Sintesa melakukan diskusi rutin yang dilaksanakan pada hari Kamis setiap minggunya dengan tema yang berbeda. Diskusi kali ini dibawakan oleh Marlan Ifantri Lase dari DPP Serikat Petani Indonesia dengan tema “Petani dan Politik”. Diskusi ini dilakukan secara daring via zoom.

Pada penyampaiannya Marlan Ifantri Lase mengatakan bagaimana Serikat Petani Indonesia memperjuangkan agraria dengan langkah-langkah politik. Jika direfleksikan kembali, mengapa harus reforma agraria? Perihal pondasi awal para petani adalah tentang tanah. Tahapan awal bagaimana penataan struktur pertama kali membahas masalah tanah. Diskusi ini Marlan menjelaskan tentang “Eskalasi Gerakan Serikat Petani Indonesia Memperjuangkan Reforma Agraria”. Eksalasi merupakan Penambahan kekuatan, peningkatan, tampa meninggalkan bentuk awalnya. Petani merupakan salah satu komunitas besar dalam masyarakat Indonesia. Lebih dari sebuah pekerjaan, peran petani sangat vital bagi setiap bangsa sebab petani merupakan produsen pangan untuk kebutuhan sehari-hari manusia. Namun kesejahteraan petani tidak pernah terwujud bahkan didiskriminasi dan pelanggaran hak petani sering terjadi. Gerakan SPI dalam berpolitik bukan merupakan transformasi tetapi ekskalasi.

Serikat Petani Indonesia dapat menjadi ladang kajian akademik memiliki beberapa poin diantaranya: SPI sebagai gerakan organisir rakyat menjadi petani, SPI dalam memperjuangkan hak asasi petani, SPI membuat sebuah koperasi dan yang terakhir tentang politik. Mengapa baru sekarang SPI berpartai politik? ada faktor mempercepat dan faktor memperlama. Tentang pentingnya berpolitik, memang sebagian kurang kuat dalam berpatai politik. Namun untuk mencapai reforma agraria harus membuat partai politik. Walaupun ada teman-taman yang belum tergabung dalam partai politik. SPI memilih keputusan berpartai mungkin agak terlambat, tetapi masih banyak orang yang bergabung dengan SPI tutur Henry Saragih.

M. Haris Putra Sinaga mengatakan untuk sekarang lebih mempragakan bagaimana masalah yang rumit bisa disampaikan dengan cara sederhana. Begitulah tantangannya dizaman sekarang. Itu juga menggambarkan betapa pentingnya penguasaan teori, analisis, selain historical tetapi juga menggambarkan pentingnya perbendaharaan materi kedepan. Melalui lorong waktu kita memilih gerakan sosial ini memang diperlukan partisipasi. Tetapi itu sudah terjadi dengan analisis dan diatur bagaimana kebiajakan kedepan. Dalam kerangka menganalisis, keputusan kita berbekal pengetahuan dan dinamika apa yang terjadi. Pertarungan sebelum kita masuk sebagai gerakan sosial dan gerakan politik itu bentrok pemikiran. Bagaimana kawan-kawan Amerika Latin, China dan lain sebagainya bertarung ideologi dan itu bisa kita jaga gerakan-gerakan nasionalnya. Merupakan salah satu faktor turut memperlambat dalam pembentukan partai politik. Dengan berbagai pemahaman bisa kita memahami dan membangun teorinya dan bisa kita kuasai bersama. Teori apa yang kita pakai setelah kita memutuskan partai tersebut sebagai pisau analisis. Partai ini ketika proses membangunnya akan memperkuat gerakan sosial, bahkan proses memperkuat dalam pembentukan sosial maupun gerakan politik. Maka akan membutuhkan lebih banyak lagi pemikiran-pemikiran yang beraneka ragam.

Terakhir diskusi ini ditutup oleh Andry Anshari “Sikap politik secara internal adalah sikap yang paling sulit untuk diambil. Banyak pertimbangan dan banyak hal hal yang harus dilakukan sebelumnya untuk menyimpulkan sebuah sikap politik. Secara sederhana juga sangat banyak yang bisa ditanggapi, kritisi dan sikapi dari yang sudah kita ambil”.